Kalian udah tau belum profil umum dari provinsi Jawa
Barat? Nah, disini gue akan memaparkan sedikit profil tentang Jawa Barat guys.
Check it out!
PROVINSI JAWA
BARAT
Profil
Nama Resmi
|
:
|
Provinsi Jawa Barat
|
Ibukota Provinsi
|
:
|
Bandung
|
Luas Wilayah
|
:
|
35.377,76 Km2 *)
|
Jumlah Penduduk
|
:
|
42.332.370 jiwa *)
|
Suku Bangsa
|
:
|
Sunda dan lain – lain
|
Agama
|
:
|
Islam : 34.884.290 (96,51%),
Kristen Protestan : 449.261 (1,24%), Katholik : 254.336 (0,70%), Budha :
86.386 (0,24%), Hindu : 35.094 (0,10%) dan lain - lain 1.21% (Sumber:
Jawa Barat dalam Angka Th, 2001)
|
Wilayah Administrasi
|
:
|
Kab.: 17, Kota : 9,
Kec.: 626, Kel.: 641, Desa : 5.319 *)
|
Lagu daerah
|
:
|
Bubuy Bulan, Cing
Cangkeling, Manuk Dadali, Panon Hideung, Pileuleuyan, Tokecang
|
Website
|
:
|
*)
Sumber : Permendagri Nomor 39 Tahun 2015
|
|
|
|
SEJARAH JAWA BARAT
Nah,
setelah mengetahui profil provinsi Jawa Barat, kalian juga pasti penasaran sama
sejarahnya kan? Disini gue mau nyeritain secara singkat tapi dijamin ga akan
mengurangi esensi cerita sejarah itu sendiri kok folks. Tapi, sebelumnya gue
mau bilang kalau Sejarah Jawa Barat atau Sejarah Sunda yang gue maksud disini
bersifat umum berdasarkan data atau tulisan terbatas yang digunakan. Daripada
makin penasaran, gue mulai penjelasan awal dari sejarah jawa barat ini yaa
pals!
Menurut data dan penelitian arkeologis, Tanah Sunda sudah
dihuni oleh masyarakat Sunda secara sosial sejak lama sebelum Tarikh Masehi.
Situs Purbakala di Ciampea (Bogor), Kelapa Dua (Jakarta), Dataran Tinggi
(Bandung) dan Cangkuang (Garut) memberi bukti dan informasi bahwa lokasi -
lokasi tersebut telah ditempati oleh kelompok masyarakat yang memiliki sistem
kepercayaan organisasi sosial, sistem mata pencaharian, pola pemukiman dan lain
sebagainya sebagaimana layaknya kehidupan masyarakat betapapun sederhananya.
Nah,
era sejarah di Tanah Sunda baru mulai pada pertengahan abad ke-5 seiring dengan
dibuatnya dokumen tertulis berupa beberapa buah prasasti yang dipahat batu
dengan menggunakan bahasa Sangsekerta dan Aksara Pallawa. Prasasti - prasasti
itu yang diketemukan di Ciaruteun daerah Bogor, Bekasi dan Pandeglang dibuat
zaman kerajaan Tarumanegara dengan salah seorang rajanya bernama Purnawarman
dan Ibukotanya terletak di Bekasi sekarang. Pada masa itu sampai abad ke-7,
sistem pemerintahan berbentuk kerajaan, agama Hindu sebagai agama resmi negara,
sistem kasta berbentuk stratifikasi sosial dan hubungan antar negara telah mulai
terwujud walaupun masih dalam tahap awal dan terbatas.
kerajaan Sriwijaya
Trus ada Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, India
dan China yang merupakan negeri luar yang menjalin hubungan dengan kerajaan
Tarumanegara, tapi kebudayaan Hindu dari India yang dominan dan paling
berpengaruh di sini. Kerajaan Sunda baru muncul pada abad ke-8 sebagai lanjutan
atau penerus Kerajaan Tarumanegara, pusat kerajaannya berada sekitar Bogor
sekarang. Paling nggak sih ada tiga macam sumber yang menyebut Sunda sebagai
nama kerajaan, pertama dua buah prasasti (Bogor dan Sukabumi). Kedua beberapa
buah naskah lama (Carita Parahiyangan, Sanghiyang siksa kendang karesian). Ibu
kota kerajaan Sunda sendiri di namai Pakuan Padjadjaran.
Kemudian
dalam tradisi lisan dan Naskah sesudah Abad ke-17, Pakuan biasa disebut untuk
nama Ibu kota sedangkan Padjadjaran untuk menyebutkan kerajaan.
Kerajaan Pajajaran
Kerajaan ini
hidup kira-kira 6 abad, karena runtuh sekitar tahun 1579. Kerajaan ini juga pernah
mengalami masa kejayaan loh, antara lain ditandai dengan luas wilayah yang
meliputi seluruh Tatar Sunda, kesejahteraan rakyat tinggi, keamanan stabil, dan
hubungan dengan dunia luar (Majapahit, Portugis, Sriwijaya) berjalan baik.
Dikenal ada dua raja termasyhur kebesarannya (Prabu Niskala Wastu Kancana dan
Sri Baduga Maharaja). Ibu kotanya pernah berada di Kawali, Galuh. Ahiya pada
masa pemerintahan Prabu Maharaja (1350-1352) terjadi konflik dengan Majapahit,
karena masalah pernikahan putri Sunda dengan raja Majapahit yaitu Hayam Wuruk.
Trus
pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja (1482-1521), dan putranya yang
bernama Prabu Surawisesa (1521-1535) terjalin hubungan kerjasama ekonomi dan
keamanan antara kerajaan Padjadjaran dengan Portugis yang berkedudukan di
Malaka. Nah, dari kerajaan ini nih guys dihasilkan beras dan lada yang bisa
diekspor. Sistem ladang merupakan cara bertani rakyatnya.
Pedagang
Islam mulai berdatangan ke kota-kota pelabuhan Kerajaan Sunda untuk berdagang
dan memperkenalkan ajaran Islam. Lama kelamaan para pedagang Islam bermukim di
kota-kota pelabuhan Sunda, terutama di Banten, Karawang dan Cirebon kemudian
penduduk setempat banyak yang menganut Agama Islam. Berkat dukungan Kesultanan
Demak berdirilah kekuasaan Islam di Cirebon dan Banten yang dalam perkembangan
selanjutnya mendesak kekuasaan kerajaan Sunda sampai akhirnya menumbangkan sama
sekali (5179). Sementara di daerah pesisir berkembang kekuasaan Kesultanan
Cirebon dan Kesultanan Banten. Sedangkan di daerah pedalaman muncul kabupaten-kabupaten
yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu : Sumedang, Galuh, Sukapura,
Limbangan, Parakanmuncung, Bandung, Batulayang dan Cianjur.
Pada
Periode selajutnya (sejak abad ke-17) Sejarah Sunda mengalami babak baru,
karena dari arah pesisir utara di Jayakarta (Batavia) masuk kekuasaan Kompeni
Belanda (sejak 1610) dan dari arah pedalaman sebelah timur kekuasaan Mataram
(sejak 1625). Secara perlahan - lahan tapi pasti akhirnya seluruh Tanah Sunda
jatuh ke genggaman kekuasaan Belanda (sejak awal abad ke-19) karena itu mulailah
zaman kekuasaan kolonial Hindia Belanda.
Tanah
Sunda yang subur dan orang-orang yang rajin bekerja menjadikan
pengeksploitasian tersebut sangat menguntungkan penguasa kolonial Belanda
sehingga membawa kemakmuran yang luar biasa bagi mereka yang tinggal disini dan
yang berada di tanah leluhurnya (Belanda). Tapi sebaliknya rakyat pribumi tidak
merasakan sedikit pun keuntungan yang setimpal dengan tenaga dan jasa yang
diberikan, bahkan banyak yang hidupnya menderita, kecuali sekelompok masyarakat
kecil yang dekat dan sengaja kerjasama dengan penguasa kolonial yang biasa
disebut kaum Menak.
Pada
sisi lain masuknya penjajahan itu menimbulkan ketidakpuasan dan bahkan
penentangan sebagian masyarakat. Di bawah beberapa pemimpinnya timbulah
serangkaian perlawanan dan pemberontakan rakyat, seperti yang dipimpin oleh
Dipati Ukur di Priangan (1628 - 1632), Sultan Ageng Tirtayasa dan pangeran
Purbaya di Banten (1659 - 1683), Prawatasari di Priangan (1705 - 1708), Kiai
Tapa dan Bagus Buang di Banten (1750 - 1752), Bagus Rangin (1802 - 1818), Kiai
Hasan Maulani di Kuningan (1842), Kiai Washid di Banten (1888), Kiai Hasan Arif
di Garut (1918).
Ketidakpuasan
masyarakat terus berlanjut, walaupun penguasa kolonial mengupayakan perbaikan
kehidupan masyarakat melalui program pendidikan, pertanian, perkreditan dan
juga menerapkan sistem ekonomi bagi Pemerintahan Pribumi. Sejak awal abad ke-20
mulai muncul tuh gerakan-gerakan penentang sosial dan organisasi politik
seperti Sarekat Islam, Indische Partij, Paguyuban Pasundan dan Partai Nasional
Indonesia.
Melalui
pendudukan Militer Jepang (1942 - 1945) yang mengakhiri kekuasaan kolonial
Hindia Belanda dan menumbuhkan keberanian di kalangan orang pribumi untuk
melawan kekuasaan asing dan memberikan bekal keterampilan perang pada tahun
1945, masyarakat Sunda, yah umumnya masyarakat Indonesia akhirnya berhasil
mencapai dan mempertahankan kemerdekaan. Sejak itu masyarakat dan Tanah Sunda
berada dalam lingkungan negara Republik Indonesia.
Secara
historis Propinsi Jawa Barat dibentuk berlandaskan Undang-undang No. 11 Tahun
1950 dengan Bandung sebagai ibukotanya. Nah dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, Pemerintah Daerah berpedoman pada Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang
No.5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan di Daerah dan peraturan perundangan
lainnya, dan dalam perkembangan terakhir dengan berlakunya Undang - undang No.
22 Tahun 1999 yang lebih dikenal dengan Otonomi Daerah.
Nah,
dengan terbentuknya Propinsi Banten pada bulan Nopember tahun 2000, jumlah
Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat sendiri terdiri dari 16 Kabupaten,
yaitu Karawang, Bekasi, Purwakarta, Subang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut,
Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Majalengka, Cirebon, Indramayu, Kuningan dan 9
Kota, yaitu Bandung, Bogor, Sukabumi, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi,
Tasikmalaya dan Banjar.
Kira-kira begitulah guys, sejarah
terbentuknya provinsi Jawa Barat, cukup panjang juga ya kisah perjalanan
terbentuknya provinsi ini. Dan itu bisa terwujud juga karena para pejuang
kemerdekaan kita. Makanya hargailah sejarah kawan! Sekian deh ulasan mengenai
sejarah Jawa Barat ini, semoga bisa bermanfaat buat kita semua yaa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar